SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
SD YPPSB 1 Sangatta Terapkan Pola Bilingual
Tribun Kaltim - Kamis, 11 Agustus 2011 13:18 WITA

Guru-guru SD Yayasan Pendidikan Prima Swarga Bara (YPPSB) 1 Sangatta.
TRIBUNKALTIM.co.id - Dunia pendidikan terus berbenah diri. Sejak jenjang dasar hingga menengah, terus diformulasikan berbagai strategi untuk meningkatkan dan menjamin mutu. Upaya meningkatkan mutu juga dilaksanakan di SD Yayasan Pendidikan Prima Swarga Bara (YPPSB) 1.
Sekolah yang terletak di Jalan Munthe, Kecamatan Sangatta Utara ini juga telah ditunjuk sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejak 2009 lalu. Saat ini sekolah masih memproses ISO 9001:2008 yang diperkirakan selesai sekitar November 2011.
Kepala SD YPPSB 1, Drs Wariadi M.Pd, menjelaskan pada awal berdirinya tahun 1991, SD YPPSB memiliki 10 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 292 orang. Tahun 2003 jumlah kelas mencapai 41 kelas dengan jumlah murid 1384 orang. Saat itulah SD YPPSB dimekarkan menjadi SD YPPSB 1 dan SD YPPSB 2.
Status SD YPPSB 1 adalah kelanjutan dari SD YPPSB sebelumnya. Pada tahun pembelajaran 2010/ 2011, SD YPPSB 1 memiliki 21 kelas, 693 siswa, dan 35 orang guru. Seratus persen siswa merupakan putra-putri karyawan PT Kaltim Prima Coal yang berdomisili di area perumahan perusahaan dan sekitarnya.
Sejak tahun pembelajaran 2006/ 2007 Pemkab Kutai Timur telah menetapkan SD YPPSB 1 sebagai sekolah unggulan nasional dan disiapkan sebagai Sekolah Berstandar Internasional RSDBI. Penunjukkan dari Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim dilaksanakan pada tahun 2009.
Wariadi menjelaskan, salah satu program sekolah yang saat ini terus dikembangkan adalah program bilingual pada beberapa kelas di mata pelajaran tertentu. "Targetnya pada tahun 2012 SD YPPSB 1 benar-benar menjadi sekolah yang menggunakan dua bahasa (Inggris dan Indonesia) sebagai pengantar pembelajarannya," katanya.
Saat ini pola bilingual telah diterapkan mulai kelas 1 sampai kelas 4. Untuk kelas 2, 3, dan 4, pemberlakukan hanya dilakukan di satu kelas per jenjangnya sebagai proyek percontohan. Adapun di kelas 1, seluruh kelas sudah menggunakan pola bilingual.
Pola bilingual sementara ini dikhususkan pada pelajaran Matematika dan IPA. Umumnya, penjelasan disampaikan dalam bahasa Indonesia. Sedangkan perintah dan penugasan diberikan dalam bahasa Inggris. Proporsi penggunaan bahasa Inggris semakin meningkat seiring peningkatan jenjang kelas.
"Untuk buku teks, kami menggunakan yang bilingual. Sempat dilakukan penggunaan buku teks pure berbahasa Inggris. Namun setelah dipertimbangkan, kami memilih buku bilingual agar orang tua siswa bisa membimbing di rumah," katanya. (khc)
Sekolah yang terletak di Jalan Munthe, Kecamatan Sangatta Utara ini juga telah ditunjuk sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejak 2009 lalu. Saat ini sekolah masih memproses ISO 9001:2008 yang diperkirakan selesai sekitar November 2011.
Kepala SD YPPSB 1, Drs Wariadi M.Pd, menjelaskan pada awal berdirinya tahun 1991, SD YPPSB memiliki 10 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 292 orang. Tahun 2003 jumlah kelas mencapai 41 kelas dengan jumlah murid 1384 orang. Saat itulah SD YPPSB dimekarkan menjadi SD YPPSB 1 dan SD YPPSB 2.
Status SD YPPSB 1 adalah kelanjutan dari SD YPPSB sebelumnya. Pada tahun pembelajaran 2010/ 2011, SD YPPSB 1 memiliki 21 kelas, 693 siswa, dan 35 orang guru. Seratus persen siswa merupakan putra-putri karyawan PT Kaltim Prima Coal yang berdomisili di area perumahan perusahaan dan sekitarnya.
Sejak tahun pembelajaran 2006/ 2007 Pemkab Kutai Timur telah menetapkan SD YPPSB 1 sebagai sekolah unggulan nasional dan disiapkan sebagai Sekolah Berstandar Internasional RSDBI. Penunjukkan dari Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim dilaksanakan pada tahun 2009.
Wariadi menjelaskan, salah satu program sekolah yang saat ini terus dikembangkan adalah program bilingual pada beberapa kelas di mata pelajaran tertentu. "Targetnya pada tahun 2012 SD YPPSB 1 benar-benar menjadi sekolah yang menggunakan dua bahasa (Inggris dan Indonesia) sebagai pengantar pembelajarannya," katanya.
Saat ini pola bilingual telah diterapkan mulai kelas 1 sampai kelas 4. Untuk kelas 2, 3, dan 4, pemberlakukan hanya dilakukan di satu kelas per jenjangnya sebagai proyek percontohan. Adapun di kelas 1, seluruh kelas sudah menggunakan pola bilingual.
Pola bilingual sementara ini dikhususkan pada pelajaran Matematika dan IPA. Umumnya, penjelasan disampaikan dalam bahasa Indonesia. Sedangkan perintah dan penugasan diberikan dalam bahasa Inggris. Proporsi penggunaan bahasa Inggris semakin meningkat seiring peningkatan jenjang kelas.
"Untuk buku teks, kami menggunakan yang bilingual. Sempat dilakukan penggunaan buku teks pure berbahasa Inggris. Namun setelah dipertimbangkan, kami memilih buku bilingual agar orang tua siswa bisa membimbing di rumah," katanya. (khc)
Editor : Fransina
Sumber : Tribun Kaltim
Enam SMPN Terganjal Jadi RSBI Kamis, 11/08/2011 | 09:32 WIB | |
SURABAYA – Buntut kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terhadap keberadaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) mulai berimbas. Setidaknya enam SMP Negeri gagal mengajukan izin perubahan status menjadi RSBI.
Keenam SMPN itu, yakni SMPN 2, SMPN 3, SMPN 5, SMPN 12, SMPN 19, dan SMPN 22.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ruddy Winarko mengatakan, keenam sekolah tersebut sebenarnya sudah siap untuk menjadi RSBI. Namun, waktu mereka untuk mengajukan izin menyelenggarakan RSBI tidak tepat, karena Kemendiknas sedang menghentikan izin baru RSBI.“Sekolah-sekolah itu sebenarnya sudah siap, hanya saja waktunya yang tidak tepat karena izin baru RSBI sedang dihentikan oleh Kemendiknas,” kata Ruddy, Kamis (11/8).
Sebelumnya, Surabaya memiliki tiga RSBI di jenjang SMPN. Ketiga SMPN itu SMPN 1, SMPN 6, dan SMPN 26. Tentunya jika tidak terhadang penghalang izin baru, enam RSBI itu akan melengkapi keberadaan RSBI di Kota Surabaya.
Pendirian RSBI baru, kata dia, untuk memberi kesempatan kepada semua masyarakat untuk menikmati pendidikan yang berkualitas. Karena itu, sejumlah RSBI baru lokasinya memang tersebar tidak hanya di pusat kota. Selama ini, masyrakat menilai sekolah dikawasan pinggiran memiliki kualitas yang tidak sepadan dengan sekolah di tengah kota. Akibatnya, para orangtua siswa lebih cenderung menyekolahkan anaknya di tengah kota.“Kami ingin memeratakan pendidikan di seluruh Surabaya, jadi image seperti itu ingin kita ubah,” katanya.
Dari 200 sekolah se-Indonesia yang mengajukan izin menjadi RSBI setidaknya ada 20 sekolah di Surabaya yang dinilai layak menjadi RSBI. Ini menunjukan jika pendidikan diSurabaya maju mengalami kemajuan.
Terlebih lagi, RSBI di Kota Surabaya juga mendapatkan sokongan dana Bantuan Operasional Daerah (Bopda) dari Pemkot Surabaya. Sehingga, biaya pendidikan tidak lagi menjadi beban orangtua siswa. Pembebasan biaya sendiri berupa SPP, uang gedung, dan biaya investasi pendidikan. Semua kebutuhan sudah di tanggung oleh APBD melalui Biaya Operasional Pendidikan Daerah (Bopda).
Selain RSBI di jenjang SMP, pada jenjang SMA, tercatat ada delapan RSBI. Yakni SMAN 1, SMAN 5, SMAN 13, SMAN 15, SMAN 19, SMAN 20, dan SMAN 21. Sementara di jenjang SMK, ada 7 RSBI, yakni, SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 10 dan SMKN 11. yop
Terbit pada 21 Juli 2011 - 13:00 WIB | Berita Edutainment | Dibaca : 30 kali
Laporan: Redaksi![]()
Kardi Kusnadi
SMK ini mempunyai misi yang dapat memberikan motivasi terhadap siswa antara lain menguatkan kelembagaan sekolah yang berwawasan lingkungan hidup, dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan menengah pertanian yang bertaraf nasional dan internasional. SMK ini diharapkan menjadi andalan di tengah masyarakat bersama-sama membangun pertanian. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Ir. Kardi Kusnadi MP ketika ditemui tubasmedia.com, di ruang kerjanya, pekan lalu, menambahkan saat ini SMK ini merupakan sekolah kebanggaan masyarakat yang dipercaya Gubernur Jawa Barat sebagai sekolah yang membidangi pertanian dan sedang dirintis menjadi sekolah bertaraf internasional. Kardi berharap agar semua pihak dapat menyadari Indonesia negara agraris, sehingga penting untuk memahami/memaknai bidang pertanian merupakan kebutuhan masyarakat. “Kita prihatin seorang petani tomat selama 4 bulan baru bisa panen, konsumen menawar harga yang serendah-rendahnya, ya kapan para petani bisa sejahtera,” katanya. Oleh karena itu, SMK Pertanian ini tetap berkomitmen ke depan agar setiap pelaku bisnis di bidang pertanian akan lebih meningkat, dan tetap berupaya akan menciptakan jumlah yang lebih banyak tentang kader agrobisnis yang tidak meninggalkan pertanian. (damanik)
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Dirikan SMAN Internasional, Sampoerna Foundation 'Bersekutu' dengan Bali
Kamis, 28 Juli 2011 17:20 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Putera Sampoerna Foundation bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Bali membangun Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Bali Mandara atau Sampoerna Academy yang bertaraf internasional untuk memajukan pendidikan di Indonesia. SMAN Bali Mandara merupakan sekolah pertama di Bali yang diperuntukkan bagi siswa-siswi berprestasi dari keluarga prasejahtera dan disaring dari seluruh Bali, kata Direktur Pelaksana Putera Sampoerna Foundation Nenny Soemawinata dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (28/7).Ia mengatakan, masyarakat membutuhkan pengembangan kualitas dan kesempatan memperoleh pendidikan untuk melahirkan pemimpin masa depan yang terbaik di Indonesia. Putera Sampoerna Foundation melihat bahwa pengembangan pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. Karena itu, lanjut Nenny, Putera Sampoerna Foundation memberikan kesempatan bagi para siswa berprestasi dari keluarga prasejahtera untuk melanjutkan pendidikan sehingga pada akhirnya mereka dapat membawa perubahan positif bagi keluarga, komunitas, masyarakat dan Bali maupun Bangsa Indonesia. Sementara itu, Karo Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali I Ketut Teneng mengatakan, sekolah bertaraf internasional merupakan kontribusi besar bagi masyarakat Bali. "Kami harapkan SMAN Bali Mandara akan mampu mencetak calon pemimpin masa depan yang akan memajukan Bali dan mengharumkan nama Indonesia di mancanegara," katanya. SMAN Bali Mandara, lanjut dia, mengadaptasi kurikulum pendidikan berskala internasional dari Cambridge University (IGCSE) serta dipadukan dengan standar nasional pendidikan dan didukung oleh sistem pendidikan asrama (boarding education). Konsep ini menjadikan Sampoerna Academy sebagai sarana pendidikan holistik sekaligus mengedepankan nilai budaya nasional. "Semoga SMAN itu dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain sehingga kualitas pendidikan di Indonesia terus meningkat," katanya. Sesuai dengan motto 'learn today, lead tomorrow', Sampoerna Academy tidak hanya mengedepankan pendidikan akademis, namun juga menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, toleransi, dan kesadaran sosial yang diperlukan untuk membentuk pemimpin masa depan Indonesia. Pada 2009, Putera Sampoerna Foundation membuka Sampoerna Academy Malang dan Palembang di mana siswa-siswi di SMAN 10 Malang mayoritas berasal dari Jawa Timur, sedangkan SMAN Sumsel di Palembang berasal dari Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar