1.
Perlunya Manajemen Sekolah bagi
mahasiswa program pendidikan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai
sesuai seperti yang diharapkan.
A.
Bidang Kurikulum, Manajemen kurikulum
merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen
kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
B.
Bidang Kesiswaan, dalam manajemen kesiswaan
terdapat empat prinsip dasar, yaitu :
a)
Siswa harus diperlakukan sebagai subyek
dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka
b)
kondisi siswa sangat beragam, ditinjau
dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan
seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga
setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal
c)
siswa hanya termotivasi belajar, jika
mereka menyenangi apa yang diajarkan
d)
pengembangan potensi siswa tidak hanya
menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
C.
Bidang Personalia, terdapat empat
prinsip dasar manajemen personalia yaitu :
a)
dalam mengembangkan sekolah, sumber daya
manusia adalah komponen paling berharga
b)
sumber daya manusia akan berperan secara
optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional
c)
kultur dan suasana organisasi di
sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pengembangan sekolah
d)
manajemen personalia di sekolah pada
prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling
mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
D.
Bidang Keuangan, Manajemen keuangan di
sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dan mengelola
dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara
mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian
serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan
efektivitas.
E.
Bidang Sarana dan Prasarana, Manajemen
sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik
dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan
peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja,
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya
efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu
dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim
pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan
perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada
masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil
meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran
merawat sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan
: pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi
tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program
perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba
perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
3.
Proses Manajemen Sekolah
A.
Perencanaan, arti penting perencanaan
terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap
kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.
Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan yaitu:
a)
membantu manajemen untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
b)
membantu dalam kristalisasi persesuaian pada
masalah-masalah utama.
c)
memungkinkan manajer memahami
keseluruhan gambaran.
d)
membantu penempatan tanggung jawab lebih
tepat.
e)
memberikan cara pemberian perintah untuk
beroperasi.
f)
memudahkan dalam melakukan koordinasi di
antara berbagai bagian organisasi.
g)
membuat tujuan lebih khusus, terperinci
dan lebih mudah dipahami.
h)
meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
i)
menghemat waktu, usaha dan dana.
B.
Pengorganisasian, George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
C.
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan
fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut.
D.
Pengawasan (controlling) merupakan
fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua
fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam
hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang
pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether
actual operation are consistent with plans”. Sementara itu, Robert J.
Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan,
bahwa : “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
4.
David A. Squires, et.al. (1983) berhasil
merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu;
A.
Adanya standar disiplin yang berlaku
bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah
B.
Memiliki suatu keteraturan dalam
rutinitas kegiatan di kelas
C.
Mempunyai standar prestasi sekolah yang
sangat tinggi
D.
Siswa diharapkan mampu mencapai tujuan
yang telah direncanakan
E.
Siswa diharapkan lulus dengan menguasai
pengetahuan akademik
F.
Adanya penghargaan bagi siswa yang
berprestasi
G.
Siswa berpendapat kerja keras lebih
penting dari pada faktor keberuntungan dalam meraih prestasi
H.
Para siswa diharapkan mempunyai
tanggungjawab yang diakui secara umum
I.
Kepala sekolah mempunyai program inservice,
pengawasan, supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana
bersama-sama dengan para guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi
keberhasilan prestasi akademiknya.
5.
Sebagai guru, seharusnya kita professional
dan guru profesional itu, adalah guru yang mengenal dirinya. Dirinya sebagai
pribadi yang terpanggil untuk mendidik manusia. Untuk itu, guru dituntut untuk
belajar sepanjang hayat (long life education). Medan belajar adalah medan yang
menyenangkan. Menjadi guru bukan hanya sebuah proses yang harus dilalui melalui
test kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati.
Maka mengajar harusnya menjadi profesi hati. Hati harus mendapat perhatian
cukup, yaitu pemurnian hati, atau motivasi untuk menjadi guru profesional.
Pemurnian hati itu, akan mendorong kita senantiasa meningkatkan kemampuan untuk
membelajarkan siswa. Dan kemudian secara kreatif menyajikan menjadi bahan
pembelajaran yang yang penuh makna, dan berkwalitas. Sedang sifat profesional,
karena guru harus secara profesional membentuk kompetensinya sesuai dengan
karakter peserta didik. Juga bagi dirinya. Berarti belajar dan pembelajaran
harus menjadi makanan pokok guru. Tetapi guru juga harus menyenangkan. Baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi peserta didik. Menjadi guru kreatif,
profesional, dan menyenangkan itu akan terwujud, jika si guru mau secara
terus-menerus meningkatkan kemampuan dan ketrampilan.
6.
Guru dalam Manajemen Kurikulum, dapat
dikatakan bahwa kurikulum bagi seorang guru diibaratkan sebagai kompas, yakni
kurikulum adalah pedoman bagi guru dalam usaha kegiatan belajar mengajar.
Seperti diketahui bahwa setiap proses pembelajaran memiliki target capaian
berupa tujuan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan dan pengajaran telah harus
diketahui oleh guru sebelum mengajar. Oleh karena itu sebelum mengajar, guru
sudah harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, termasuk strategi
yang tepat dari mata pelajaran yang akan disajikan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Abdurrahman (1994:93)
mengemukakan, ”untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
ditetapkan, diperlukan adanya strategi belajar mengajar yang tepat.” Untuk itu
harus dilakukan telaah, perkiraan dan perencanaan yang baik, dengan kata lain,
pendidikan dan pengajaran harus dikelola dan direncanakan dengan baik.
7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar